Wednesday, November 09, 2005

Dibalik Maaf Hanifah

.



‘Nif…urat malu aku udah putus’
‘Kamu mungkin udah bosen dengerin semua omonganku ini’
‘Jawab dong Nif….jangan cuman nunduk gitu’
Hanifah sedikit mengangkat wajahnya, menatap sekilas kearah Siqo, tersenyum kecil, tapi kemudian mengalihkan pandangannya lagi.
‘Nif……’ nada suara Siqo seperti merengek.
‘Kamu nggak berani menatap mataku?’
‘Aku nggak biasa ngomong sama orang tanpa melihat sorot matanya….’
‘Dari situ aku bisa membaca, dia lagi bete, males, benci atau suka saat aku ajak ngomong…’
‘Atau kamu takut aku ngeliat kalo sebenarnya kamu juga suka sama aku?’
Hanifah sedikit tersentak, terlihat matanya sedikit berkilat mendengar ucapan Siqo sebelum kemudian menundukkan pandangannya lagi.
Kemudian berbisik pelan ’kamu tahu alasanku Qo…’

Siqo menarik nafas panjang.
Pandangannya dialihkan ke tempat parkir kampus yang ramai, matanya menerawang.
Dia tidak habis pikir bagaimana dulu dia bisa jatuh cinta pada gadis yang duduk satu depa disebelahnya.
Padahal dia bisa dapetin gadis yang lebih cantik, lebih modis daripada Hanifah.
Hanifah yang awalnya dinilai angkuh.
Gadis yang membentengi dirinya dengan batasan-batasan yang kadang tidak masuk akal menurutnya.
Yah…seperti sekarang ini.
Duduk berjauhan, dengan buku dipangkuan dan hampir tidak pernah saling berpandangan, belum lagi diganggu oleh mahasiswa-mahasiswa yang berseliweran didepan mereka.
Bukannya saling berhadapan, ditempat yang sepi dan romantis, seperti layaknya orang-orang lain saat membicarakan masalah pribadi mereka…..masalah perasaan.
Siqo kadang jengah sendiri, takut disangka orang gila yang sedang ngomong sendiri.
Padahal jelas-jelas kali ini dia sedang mengungkapkan isi hatinya pada gadis yang dicintainya.
Lagi.
Iya, lagi. Entah sudah berapa kali dia ngomong tentang perasaannya pada Hanifah.
Tapi gadis itu adem-adem aja, tidak memberikan jawaban yang memuaskan.

‘Assalamu’Alaikum ukhti…’
‘Nisa…..Wa’alaikum salam’ Hanifah menyambut kedua tangan Annisa dengan senyum terkembang.
‘Eh…jadi berangkat rapat nggak?’ tanya Annisa.
‘Jadi dong….yuk sekarang’ sambut Hanifah sambil menggandeng tangan Annisa melangkah melewati Siqo yang cuman ternganga melihat kepergian kedua gadis itu.
‘Yuk..mari …Assalamu’alaikum’ sempet Siqo dengar Hanifah berpamitan padanya.
‘Wa’alaikum salam…..’jawab Siqo rada telat sambil melihat ujung jilbab lebar Hanifah menghilang berbelok diujung lorong.
Gagal lagi….batin Siqo.

* * *
‘ Nif…kamu masih meladeni cowok itu?’
‘Dia sudah kayak bayang-bayang kamu aja…’
‘Kamu kajian, dia ngikut….kamu ikut kegiatan, dia ada juga…’
‘Nggak risi kamu diliatin temen-temen??’ cecar Annisa.
‘Nisa sayang…bagus dong dia ikut-ikut kajian, bantu-bantu pas kegiatan.
Kok malah disirikin sih??’ kerling Hanifah menggoda sahabatnya.
‘Eh…sapa juga yang nyirikin dia!!
Aku kan Cuma nggak pengen kamu diomongin temen-temen gara-gara ulah si Siqo itu’ jawab Annisa cemberut.
‘Udah ah…aku yakin temen-temen nggak bakalan ngomongin aku dibelakang. Orang aku nggak ngapa-ngapain kok’ balas Hanifah.
‘Uh …kamu tu….kalo dibilangin’sahut Annisa sambil manyun mendengar jawaban Hanifah.
Eh..sebenarnya gimana sih perasaanmu sama Siqo?’ desak Annisa.
Hanifah cuman tersenyum mendengar pertanyaan sahabatnya itu, sambil menggeret tangannya segera masuk ke ruang rapat, sebelum muncul pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin dia sendiri tidak mampu menjawabnya.

* * *
‘Nif, besok aku ada pertandingan.Kmu liat ya?
Aku tunggu dibawah perpus jam stgh 4, kita brkt barengan.’
Baru saja sms itu terkirim ke nomor Hanifah, Siqo kemudian sibuk menyiapkan sepatu bolanya, kaos kaki plus pelindung tulang kering buat pertandingan besok.
Besok adalah pertandingan pertama antar Fakultas, dan dia adalah gelandang utama Fakultas Ekonomi.
Gimana tidak? Dia juga terdaftar sebagai pemain gelandang kesebelasan Divisi Utama dikotanya.
Meski dia lebih sering duduk dibangku cadangan karena kalah bersaing dengan legiun-legiun asing yang dikontrak kesebelasan itu.

‘Huh…kok lama banget sih jawab smsnya’batin Siqo.
‘Gmn Nif? Mau gak? Kok gak dibales sih?’ ulang Siqo di smsnya.
Tapi kayaknya mengikuti nasib pendahulunya, sms inipun lama gak dibales.
Nggak sabar lagi, akhirnya Siqo coba menelpon.
2 kali nada tersambung, habis itu telponnya langsung direject.
Makin sebel saja dia,
‘Huh..sepertinya Hanifah mulai menjauhi aku.
Jadi dia bener-bener gak suka ama aku?
Jadi ini salah satu caranya buat nunjukin perasaannya sebenarnya?
Baru kali ini aku merasa dipermainkan cewek.
Digantung perasaannya, gak ada jawaban tegas’ batin Siqo bergejolak.
Lamunan Siqo terputus, ada sms masuk, dari Hanifah.
‘OK, besok habis ashar dibawah perpus’ balas Hanifah dismsnya.
‘Yiipiiii….!!’sorak Siqo kegirangan.
Saking girangnya, dia tendang tas yang barusan dia packing tadi.
Hilang sudah pikiran-pikiran buruk yang sempet mampir dikepalanya tadi.
Harapan itu tumbuh kembali.

* * *
Sudah sepuluh menitan Siqo mondar mandir dibawah perpus lengkap dengan seragam bolanya.
Emang sih dia datang lebih awal, dan lagi ini juga belum ada jam setengah empat.
Tiba-tiba ada sms masuk.
‘Aku nggak bisa ketemu kamu,klo kamu pake pakaian spt itu’ tulis Hanifah dismsnya.
‘Aduh…kenapa lagi ne anak’ batin Siqo
Dia dial no Hanifah
‘Kenapa Nif?’
“Maaf, kamu musti pake pakaian yang sopan dulu, baru aku mau ketemu kamu’
‘Sopan??’
‘Celana panjang’ potong Hanifah
Oooh….tanpa pikir panjang Siqo setengah berlari pergi kekamar kecil, dan dengan cepat balik lagi ketempat semula.
Tak lama kemudian dia lihat Hanifah keluar dari balik Ruang Dosen.
‘Jadi kamu sembunyi disitu to?’ tanya Siqo lugu.
‘Aku nggak sembunyi…..aku nunggu kamu berpakaian lebih sopan’
‘Loh..aku kan mau sekalian berangkat maen bola Nif??’ jelas Siqo.
‘Yah…tetep aja, kamu umbar aurat kemana-mana.
Apalagi kamu janjian ama cewe Qo….sopan dikit dong…’
‘Nif, aku kan pemain bola…?
‘So what? Perasaan kamu kemaren ngikut kajian masalah Hijab, masalah aurat.
Kamu tau kan batasan aurat laki-laki??’
‘Tapi kan aku maen bola Nif’ulang Siqo.
‘mana ada pemain bola yang pake celana panjang?
Kamu cari deh diseluruh dunia…..kamu gak bakalan nemuin.
Pemain sepak bola muslim tingkat duniapun kalo maen juga pake celana pendek.
Bahkan Zinedine Zidane, George Weah juga pake celana pendek.
Mereka Islam juga loh….
Itu mah sudah jamak….sudah umum’ cecar Siqo.
‘Hmm…’ Hanifah tersenyum.
‘Umum bukan berarti pasti bener.
Apa yang dilakukan orang-orang terkenal belum tentu bener’ jawab Hanifah sambil berlalu meninggalkan Siqo.
‘Nif…Hanifah…tapi kamu mau ngeliat aku maen kan?’seru Siqo.
‘Aku nggak bakalan ketemu kamu, selama kamu masih keukeuh pake pakaian seperti itu…’
Siqo melongo.

* * *
2 hari lewat tanpa ada kabar berita dari Siqo.
Hanifah berpikir ulang, apa dia terlalu keras terhadap Siqo?
Apa dia terlalu memaksa, padahal Siqo belum sampai ke taraf pemahaman mengenai hal ini.
Hanifah tahu, sepak bola adalah segalanya bagi Siqo.
Hobi sekaligus pekerjaan bagi Siqo.
Sepakbola yang dia geluti memberi Siqo penghasilan sekelas Manager tingkat menengah.
Hanifah takut, gara-gara perdebatan kemaren justru membuat Siqo menjauh dari Islam.
Islam yang seolah baru 6 bulan ini dikenal Siqo.
Bermula saat dia mengajak Siqo untuk ikut training keislaman 6 bulan lalu.
Siqo jadi dekat dengan dia, dekat dengan Islam.
Siqo jadi rajin ikut kajian, ataupun kegiatan-kegiatan rohis lainnya.
Siqo yang dia kenal sekarang, jauh berbeda dibandingkan Siqo yang dulu.
Siqo yang dulu senang dugem dan selalu dikerubutin cewek.
Sekarang menjadi Siqo yang menjaga pergaulannya, Siqo yang setahunya tidak pernah lagi memboncengkan wanita, sejak dia menolak tawaran Siqo untuk mengantarnya pulang.

‘Ya Rob…jangan kau biarkan Siqo menjauh dari dekapanMu’ doa Hanifah dalam hati.

1 new message, dari Siqo, batin Hanifah
‘Nif,besok ada waktu? Ada yg mau aku tanyain. Habis Ashar dibawah perpus yah?’
Alhamdulillah, terimakasih Rob. Siqo belum menghilang.

* * *
Hanifah hampir saja tertawa melihat pakaian Siqo.
Celana senam didobel dengan Seragam sepak bola, kaos kaki nyampe ke lutut plus deker lutut.
Untung warnanya senada….kalo tidak, Siqo bakal dianggap badut kesasar.
‘Begini boleh kan Nif?’tanya Siqo lugu.
Hanifah mengangguk cepat-cepat masih dengan senyum ditahan-tahan.
‘Ini yang terbaik yang bisa aku lakukan. Aku bukan kiper yang bisa pake training atau baju panjang Nif..’ jelas Siqo.
‘Iya…oke oke, trus apa yang pengen kamu tanyakan?’balas Hanifah sambil tetap tersenyum.
Atau kamu cuman pengen tahu pendapatku tentang seragam barumu ini?’ tanya Hanifah lagi.
‘Eh…itu salah satunya, tapi…..duduk dulu yuk’ ajak Siqo sambil menunjuk bangku dibawah tangga perpus.
‘Kamu nggak terburu-buru maen?’tanya Hanifah sambil menuruti ajakan Siqo.
‘Nggak kok…yante aja’balas Siqo.
‘Udah sholat?’ tanya Hanifah lagi.
‘Udah dong, malah pake sholat hajat segala….’jawab Siqo.
“Sholat Hajat?? Buat apa?? Biar menang??’cecar Hanifah.
‘Hm…ada dehh’ sambil senyum-senyum Siqo menjawabnya.
Ada jeda diantara mereka, sebelum Siqo menarik nafas dan membuka kembali percakapan.
‘Gini Nif….Aku serius sama kamu, kayaknya waktu Empat bulan ini sudah terlalu lama untuk kamu berpikir….dan buat aku menunggu.
Sudah lebih dari enam kali aku tanyakan hal serupa padamu Nif’

‘Delapan kali’batin Hanifah meralat.

‘Nif…aku merasa hanya kamu yang cocok buat aku.
Kamu yang bikin aku bisa seperti sekarang ini.
Kamu juga yang bisa merubah aku menjadi lebih baik.
Kamu yang membimbing aku memahami hal-hal yang sebelumnya untuk berpikir saja aku nggak sempet.
Lewat kamulah aku mendapatkan Hidayah ini Nif.
Dan aku nggak pengen kehilangan itu semua kalau aku jauh dari kamu.
Siqo menghela nafas sejenak.
‘Nif…..jaga aku…
Jadilah pacarku Nif….’ pinta Siqo.

Hanifah menarik nafas panjang, itu satu-satunya respon dari dia.
‘Kali ini kamu harus jawab Nif…kamu nggak boleh diem terus….’desak Siqo.
Hanifah masih tertunduk.

‘Maaf…..’ lirih Hanifah menjawab memecah kebisuan diantara mereka.
Pias wajah Siqo.
Meski sudah kesekian kalinya dia mendengar penolakan itu, tetap saja sakit rasanya.

‘ Baiklah Nif…saya cuman berharap ini terakhir kalinya kamu ngomong gitu….’
Dan asal kamu tahu Nif…aku ikut kajian, training segala macem, aku sempurnakan niat ibadahku, aku belajar ngaji lagi atau aku pake pakaian seperti ini bukan cuma untuk mendekati kamu Nif…
Aku belajar untuk menjadi lebih baik.
Aku pengen menjadi lelaki yang pantas buat kamu Nif….
Aku inget omongan kamu….kalo Laki-laki baik untuk wanita baik-baik.
Dan Kamu adalah wanita baik…..untuk itu aku akan berusaha jadi laki-laki baik.
Siqo diam sejenak seolah meresapi janji yang baru saja dia ucapkan.
‘Jangan takut Nif…penembakan ini akan aku genapkan menjadi 8 kali’ sambung Siqo sambil meleletkan lidah.
Hanifah tersenyum melihat Siqo sudah bisa bercanda lagi, dan dalam hati dia berkata ‘bukan 8, tapi sepuluh kali Qo’

‘OK …sekarang kamu mau melihat aku maen bola kan?’ tanya Siqo.
‘Maaf…nggak bisa Qo..’
‘Haah Knapa lagi…kan aku udah nutup aurat?’bela Siqo
‘Tapi temen-temen kamu belum kan? Masak kamu rela aku melihat aurat temen-temen kamu?’ balas Hanifah.
Siqo tidak berkutik, apalagi mendengar kata”rela”tadi.
Hati Siqo jadi berbunga-bunga. Huhu…
‘Okelah’ jawab Siqo sambil menyangklong tasnya, berdiri dan pura-pura ngambek.
‘Qo…
‘……’
‘Tapi aku bakal doain kamu’ sambung Hanifah lirih, sambil memegang ujung tas Siqo.
‘…..’
Ya Gusti Allah….Hanifah memegang ujung tasku???
Kontak fisik pertama dari Hanifah, meski cuman ujung tas’ batin Siqo berteriak, hatinya mengembang, bangga, puas, haru campur aduk jadi satu.
‘Makasih Nif….’Siqo tersenyum meninggalkan Hanifah. Senyum termanis yang dia punya.
Tinggal Hanifah yang termangu menatap punggung Siqo.

‘Ya Rob…ampuni aku, Aku nggak mau jadi pacar laki-laki baik itu
Aku mau jadi istrinya ya Allah…’

‘Ahh..Siqo…Bukan seperti itu caranya melamar seorang akhwat.
Besok aku usulin deh diadakan kajian tentang Munakahat, bagaimana cara mengkhitbah seorang akhwat.
Ikut ya Qo…’batin Hanifah sambil tersenyum.

Wednesday, August 24, 2005

SAYA BETAH HIDUP DIJALANAN

Aret dengan sigap memasukkan baju sekolahnya kedalam tas.
Bertumpuk dengan Lembaran folio tugas bahasa Indonesia dari Bu Nur.
Kata Bu Nur, dia akan mewakili sekolah untuk ikut lomba puisi dalam rangka menyambut hari anak.
Kata Bu Nur karangan dia bagus, mendetail, dan merupakan hasil survey yang bagus.
Aret tersenyum saja…

Berbarengan tas dan sepatunya, dia masukkan ke loker masjid belakang BI itu.
Kini dia sudah siap dengan baju kerjanya, kaos dekil, sandal jepit plus celana pendek merah lamanya.
Kunci loker dislempitin disela-sela penjepit besi beduk yang sedikit renggang.
Selalu begitu tiap harinya.
Masjid yang sama, Loker yang sama, jam yang sama.
Dia lirak lirik kanan kiri, dan bersitatap dengan mas-mas mahasiswa.
Mas-mas mahasiswa yang sama, batinnya dalam hati.
Mas itu tersenyum sedikit kepadanya, dia balas dengan menarik sedikit sudut bibirnya. Kemudian berlari ke tempat metromini lagi ngetem.

“Mas, nunut sampe karyadi ya?” katanya sambil mbantu ngangkatin belanjaan seorang ibu kedalam metromini.
“Yo” kernetnya menjawab singkat.

“Ret !!!” baru saja kakinya menginjak aspal panas, terdengar suara memanggil namanya.
“Hooii…. yok !!” dilambaikan tangannya pada Sapto yg lagi duduk-duduk dibawah traffic light.
Tersenyum Aret mengingat jaman dulu, enam bulan lalu.
Dia dan Sapto sempet berantem gara-gara rebutan lahan ngamen. Kuping kanan Sapto cuil akibat gigitannya sebelum dipisah ama orang-orang situ.
He…he..he, sekarang mereka jadi temen baek.
Kadang kadang dia nongkrong sebentar ditempat Sapto, tapi kali ini dia terus aja ketugu muda, tempat mangkalnya, ada janjian sama mas Bowo, Sari dan Kopet.

Kemaren dia udah ngasih ke Mas Bowo 25 ribu.
Itu penghasilan dia sehari kemaren.
Gede kan???
Tugu muda memang menjanjikan, sejam nongkrong disitu nggak mati 5ribu dia dapetin.
Belom lagi makanan, rute disitu hampir bisa dipastikan dijadikan tempat tujuan ibu-ibu baik hati untuk ngasih nasi bungkus, dos-dos makanan, buah, macem-macem deh.
Apalagi kalau bulan puasa…..waaaahh…. pesta teruuus.

Disudut tersembunyi lawang sewu itu tujuannya.
Tempat janjian mereka ketemu.
***
Kopet seumuran dengan aku, katanya sejak keluar dari kelas 4 SD dia dijalanan, berarti sudah genap 2 tahun.
Sari tu pacarnya mas Bowo.
Eh Sari kemaren habis nggugurin kandungannya. Kasihan dia, wajahnya masih pucet.
Kalau Mas Bowo udah tuaan, yaah seumuran anak SMA lah.

Tiba disitu aku lihat Sari dan mas Bowo sudah mojok.
Mas Bowo cuman nganggukin kepalanya,
“tu jatahmu sama kopet” katanya sambil nunjuk bong didepan kopet.

Baru 2 kali ini aku nyabu. Iya sabu-sabu.
Sudah lewat jamannya lem Aibon. Hehhe..he

Bong itu aku hisap….
hhhhh...........

Rasanya beda sama yang kemarin….
………..
warna-warni…..
….. melayang......

***
Ni’am bersandar ditembok masjid
Buku dipangkuannya dibiarkan terbuka, sepertinya dia lebih senang melihat orang-orang lewat daripada meneruskan serunya novel Imperia didepannya.
Bersliweran silih berganti.
Tua muda, bapak-bapak berdasi dan ibu-ibu berseragam, mahasiswa seperti dirinya sampai anak-anak sekolahan.
Anak-anak sekolahan….
Tiba-tiba dia teringat anak SD itu.
Anak yang aneh.
Anak yang tiap habis dhuhur ada disini.
Tiap pulang sekolah selalu berganti baju disini.
Dengan kaos dekil dan sandal japit.
Selalu menyembunyikan kunci lokernya di bedug masjid.
Dan selalu membalas senyumannya.
Kemana dia???
Sudah 3 hari ini dia tidak bertemu dengannya.
Biasanya anak itu kembali antara magrib dan isya’
Nggak mungkin dia kelewatan ketemu anak itu.
Dhuhur ashar dia lewatkan dimasjid ini, dan kembali magrib sehabis kuliah sore, dan nunggu sekalian sholat isya disini.
Tanpa sadar, 2 bulan dia dan anak itu punya rutinitas yang sama.
Ketemu ditempat yang sama, hanya saling senyum, tanpa tegur sapa.
Hhh….kemana dia??
Lamunannya terputus oleh suara bedug yang dipukul bapak-bapak penjaga masjid.
Tiba-tiba ada suara gemerincing benda jatuh.

“Kunci anak itu” batin Ni’am.

“Punya siapa nih??” si penjaga maasjid bertanya.
“oh…eh…punya saya pak” jawab Ni’am
“dikantongin aja mas….jangan ditaruh sembarangan”
“Eh..iya pak” segera dimasukkannya kunci itu kekantongnya.

Dia segera ambil wudhu, mau jamaah magrib…..
Tapi sholatnya nggak khusyu….
Pikirannya terpaku pada kunci di kantungnya.
“Habis sholat aku lihat deh isi lokernya” putusnya.

Maaf dek, saya penasaran.
Dibukanya tas itu,
baju seragam,
buku-buku, folio gulungan berpita.
HP, “ Hhh…anak SD jaman sekarang” batinnya.
Yang lainnya
Biasa…..
Standar anak SD…..
Kecuali Folio berpita itu…
Terdorong rasa penasaran, dibukanya folio itu
Puisi......

SAYA BETAH HIDUP DIJALANAN
Karya : Areta Putra Negara

Ibu, hidup dijalanan itu enaak
Bebas main-main sesuka hati, Bebas nggak mandi
Tidak ada yang nyuruh-nyuruh ngaji


Pak, hidup dijalanan itu enak
Tidak ada yang nyuruh-nyuruh beli rokok
Saya malah bisa merokok

Bapak, Ibu…Aku juga punya rumah
Malah dijaga sama pemerintah
Bapak tahu lawang sewu??
Itulah rumahku
Kata orang sih berhantu
He..he..he jadi bebas kami nyabu disitu

Ibu, tak kasih sedikit bocoran….
Saat Mas-Mbak sarjana masih bingung nyari kerjaan
Saya sebulan bisa ngantongin duit sejutaan.

Terimakasih Om, tante, mas, mbak yang setia ngasih saya duit recehan
Itu yang membuat saya betah hidup dijalanan.


………
Jadi??? Anak aneh itu???
Kaos dekil itu???
Sekarang ada dimana dia??
Bermacam pertanyaan muncul diotaknya.
Bermacam dugaan dibenaknya..
Pikiran-pikiran buruk tentang anak itu….
Apa gara-gara dia habis membaca novel thriller??

Rasa penasaran dan was-was memenuhi perasaannya.
Tatapannya terpaku pada Ponsel anak itu.
Diaktifkannya Ponsel itu…
Ada sms masuk….
Nggak tanggung-tanggung 5 sms masuk.
Disusul sebuah panggilan masuk…..
Nyaring…
Panik dia menatap ponsel itu…..
Diiringi lirikan orang-orang yang masih ngobrol diberanda masjid.
‘aduh…aduh gimana neh?? Tak angkat aja deh…daripada ntar orang mikir macem-macem’ pikirnya.

“Halo…..”
……
“Bu..bukkan…”
........
“Saya menemukan tasnya dimasjid”
.........
“Saya tunggu dimasjid belakang BI ya pak”
“Saya Ni’am….”

Wednesday, June 01, 2005

Jangan Ganggu Ibuku !!!

'
Ini bukan tentang masalah cinta kita.
Ini bukan karena kita putus.
Ini bukan karena seteru kita.
Tapi ini tentang ibuku. Tentang wanita yang aku tahu pasti lebih aku sayangi daripada kamu.

‘Fran, gimana hubungan kamu dengan Ira?”
“Jalan ditempat Bu. Malah getting worst” jawab Efran sambil menghela nafas, seakan coba melegakan kesesakan hatinya dan menutup nutupi kenyataan yang telah terjadi.
Efran dan Ira putus lagi. Sebuah rekor baru dalam dunia percintaan mereka.
“Yach selama kamu sama dia masih baik-baik sih ibu nggak papa, kasihan dia, kamu musti jagain! Dia sudah milih kamu daripada keluarganya”
“Milih gimana? Dia nggak berbuat apa-apa bu..dia nggak berusaha ngedeketin orang tuanya, dan dia juga nggak bolehin saya buat bertindak. Gimana bisa dikatain memilih”
“Kita backstreet udah lebih setahun bu, boleh dong Efran capek ngadepin ini semua?”
“Ehm…apa sih enaknya backstreet? Udah gak wajar, tanpa kontrol lagi. Kamu jaga diri yah! Jaga dia juga.”
“Hem…” singkat aja jawaban Efran, dia masih nggak ngerti apa sih yang dipengenin Ira.
Nawarin HTI-hubungan tanpa ikatan, mana ada hubungan tanpa ikatan, aneh-aneh aja permintaan Ira. Harusnya dia nyadar dong, dengan status yang seperti sekarang ini, kita nggak lebih dari maling. Nyolong – nyolong kalo pengen ketemuan, jalan bareng takut ketauan, nggak pernah ngobrol enak, telp dijauhi dan milih sms-an. HUH!!! Gimana nggak capek.
“Kamu serius sama yang kamu pengenin itu? Gua capek mikir terus, capek ngambil keputusan yang sebenarnya nggak gua pengenin. Kamu sekarang yang milih, kamu pikirin baek-baek, tapi kalo kamu dah yakin………gua nggak bakalan nggangguin kamu lagi…….”
“Dan kamu bisa balik kapan saja kamu mau…….”
Ira cuman nunduk, megang-megang hidungnya sampe kemerahan, tindakan yang selalu dia lakukan saat panik dan kebingungan.

Aku cuman sempet menyentuh kepalanya sekilas, nggak tahu itu tanda perpisahan apa nggak.
Sudah lama sejak kejadian itu, kita jadi temen baik.
Akhirnya saya cerita semuanya pada Ibu, dan beliau sepertinya bisa menerima kalo kita sudah putus. Baik-baik.
Tapi ibu mana sih yang nggak terluka, beliau tahu anaknya susah sekali jatuh cinta, dan meski cuman sekali bertemu muka denganmu, kamulah satu-satunya wanita yang kukenalkan padanya. Dan Ibu cocok sama kamu.

Dan semuanya bermula dari beberapa bulan kemaren, kamu bilang kangen sama ibu, iya….ibuku. Kamu pengen ngobrol.
Ngapain ?!! Saya nggak pengen harapan itu timbul lagi. We just a friend, aren’t we?
Tapi saya nggak punya pilihan laen, saya angsurkan telpon dari kamu ke ibu.
Saya bisa lihat matanya yang bercahaya, tersenyum lepas saat ngobrol denganmu. (saya rindu mata itu)
“ Gimana kabarnya mbak Ira, kapan neh maen-maen kerumah ibu lagi?”

Selebihnya obrolan perempuan, dan sepertinya itu bisa buat ibu bahagia, tersenyum kecil sambil melirik ke arahku.
Aku maklum ibu dari dulu pengen anak perempuan, anaknya laki-laki semua.
Atau ibu pengen menantu? Huh…

Sejak itu kayaknya jadi rutinitas kamu nelpon ibu, minim sebulan sekali.
Dan seperti yang sudah aku perkirakan, harapan ibu tumbuh lagi.
Beliau menganggap kita berhubungan lagi.
Itu yang aku takutkan, harapan kosong, yang nggak kesampaian.
Udahlah….semua udah cukup, semua udah usai.
Aku nggak pengen ibuku berharap banyak padamu, kamu nggak pengen kan kalo hal yang sama terjadi sama ibu kamu.
Aku nggak pengen ibu kepikiran lagi……..
sakit hati lagi….

JANGAN GANGGU IBUKU !!!

Wednesday, May 04, 2005

.....boyslit.....

'
Udah maem blom de’?mkn roti lagi ya? Nggak sehat lho keseringan mkn gituan.Aku barusan makan, trus tiba2 aja keinget kmu
…Kirim nggak ya? Kirim..nggak..kirim…
Tinggal pencet aja pasti deh terkirim pesan itu ke nomormu.
Tapi…sok care banget sih.
Tapi khan emang kenyataan kalo aku tiba tiba inget kamu.
Nggak tau nih tiba tiba aja.. tadi abis ngeliatin album foto (rencananya sih mau tak kadoin buat kamu pas taon baru besok)
Aku masih inget kebiasaan kamu kalo udah malem gini, kamu paling males beli makan. Paling banter beli roti plus buah didepan kost-an kamu.Dulu waktu masih sama aku masih mendingan, habis kuliah mau nggak mau kamu mesti ngikut nemenin aku makan, sekarang…bakalan nggak terkontrol deh pola makan kamu.
Malem ini aku barusan makan…sendiri.
Beda banget rasanya dibandingkan makan bareng bareng.
Kirim…nggak…kirim..ngg..Nggak usah deh!
Kemaren aku udah niat nggak bakalan ngubungin kamu duluan. Di sms terakhirku aku udah ngomong”sorry for disturbing u, pls ignore my quotation…”Nggak tau bahasanya bener apa nggak.
Yang pasti aku ngerasa malu banget, pokoknya campur aduklah rasanya. Bayangin aja aku udah nunggu seharian balesan sms dari kamu, tiap kali nada message bunyi aku pasti loncat ngambil hpku, kirain ada balesan dari kamu.
Gara-garanya aku nekat sms nawarin kamu buat nganterin kamu pulang tapi kamu nggak bales.
Lewat rute biasanya…rute yang cuman kita aja yang tau seberapa banyak kenangan disana.Rute yang nggak bakalan kamu lewati kalau kamu jalan sama orang lain.
Jalan yang kayaknya sengaja dibuat khusus buat kita.
Masih terbayang jelas gimana kamu ketawa, memelukku erat sambil kadang nyenderin kepala kamu dipunggungku kalo kamu ngantuk karena berangkatnya kepagian plus malemnya begadang sama aku.
Aku jadi tersenyum sendiri bila inget itu de’.
........hmm..De’…ceilee pake panggilan sayang segala.
Dede’.. kamu seneng dipanggil dengan nama itu, lebih mesra katamu.
Abis itu kita kebingungan nyariin panggilan sayang buat aku.
Ha..ha..Mamas?
…Say?
…Abang?… abang tukang bakso kali…ha..ha..
Ego ini yang nglarang aku ngirim sms ini ke kamu. Pasalnya kamu kemaren nggak bales de’.
Kayaknya nggak tau diri banget kalo aku nggangguin kamu terus. Toh kita udah putus.
Bener ..putus..dan yang ini sepertinya bakalan untuk selamanya.
Kita udah biasa putus nyambung kayak gini. Tapi nggak biasanya sampai selama ini. Biasanya satu dua hari kita udah baikan lagi.
Ini udah hampir sebulan de’. Sudah duapuluh tujuh hari. Lama khan?
Kali ini kayaknya ego kita lagi kuat-kuatnya.
Masing-masing malu untuk memulai.
Tapi aku teringat kamu terus de’.
Tau nggak, temen2 semangat banget mo ngenalin temen2(nya) mereka untuk dijodohin sama aku.
He..he..Coba tebak, aku bilang apa ke mereka?
“Sorry nih aku masih dalam masa iddah, blom 40 hari, ntar kalo udah 40 hari boleh deh kenalan..he..he”
Mereka ngetawain plus ngata-ngatain, “emang lu udah nikah apa? Aalah paling paling itu cuma alasan kamu, bilang aja kamu blom bisa ngelupain doi”
Mungkin mereke bener de’, aku belom bisa ngelupain kamu, masih kebayang bayang.
Gimana bisa nglupain kalo tiap barang yang ada di kamarku punya memori khusus denganmu.
Mau make baju, semua pilihan kamu.
Mau makan, piringnya kamu yang beliin.
Mug tempat minum, toples kue, gantungan kunci semua hadiah dari kamu.
Belom lagi koleksi foto-foto kita.
Aku nggak tau kamu nyimpen juga apa nggak.
Kita khan backstreet, kamu pasti takut ketahuan ortu kamu kalo nyimpen fotoku.
Tapi itu khan nggak adil. Disini aku tersiksa dikelilingi barang barang yang penuh kenangan denganmu, makanya aku pengen kamu ngerasain hal yang sama juga.
Aku kemaren beli album unik, rencananya bakalan aku isi foto-foto kita waktu dulu dan bakal tak kasihin kamu buat kado tahun baru.
Foto-foto pas waktu seneng sampai yang sedih. Iya, kita khan punya foto sedih.
Inget nggak waktu kamu ngikut aku sama temen-temenku main ke yogya? Kamu nangis, panik, bingung waktu ditelponin ortu kamu nanyain kamu lagi dimana. Dan gilanya si Gendut error motretin kamu pas lagi nangis, jadinya aku yang sibuk menghibur kamu, meluk kamu sepanjang perjalanan pulang.
Ah..jadi ngelantur jauh banget.
Dikirim apa dihapus aja ya message ini.
Ntar kalo nggak dibales lagi gimana coba? Muka ini mo ditaruh dimana?
Tapi temen deketmu kemaren ngomong kalo kamu nggak bales smsku karena pulsanya udah limit.
Sebodo mo dibales apa nggak, yang penting laki laki tuh musti berusaha, laki laki nggak boleh takut malu, apalagi masih sayang, haram hukumnya menutup nutupi perasaan sayang.
Pencet aja…
terkirim…
Satu menit………
Dua menit………
Tiga menit……..Udah tidur kali ya?
Perasaan baru jam 11 malem, biasanya doi khan kuat melek sampe jam 2.
Eh..ada yang masuk.
YES!! ‘mantanku,………..
sory sejak putus nama kamu diphone book tak ganti dengan itu.
“td sore sih udah mkn mas, barusan beli buah didpn, kmu mau? Ada bengkoang kesukaanmu,tapi pepayaku gak ada,coba kmu dsini,bs muter nyari yg lkp,jadi kangen ne..”
Lengkap, padat, pas 159 karakter, khas kamu.Wah…. bakalan sampe subuh ne…….he..he, nyiapin kompres buat jempol deh…. :-p